LESSON STUDY PENGEMBANGAN PROFESSIONAL GURU SECARA BERKELANJUTAN BERBASIS SEKOLAH
(*Diposting ulang oleh: Mbah Sukir, Ngawi)

Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya Jugyokenkyu, adalah proses pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di Jepang agar secara berkelanjutan mereka dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran.


Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya Jugyokenkyu, adalah proses pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di Jepang agar secara berkelanjutan mereka dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran. Praktik ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah membantu perbaikan dalam pembelajaran (teaching) dan pemelajaran/proses belajar (learning) siswa dalam kelas, juga dalam pengembangan kurikulum. Banyak guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang menyatakan bahwa lesson study merupakan salah satu pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka tumbuh berkembang sebagai profesional sepanjang karer mereka (Yoshida 1999).

Guru-guru Jepang menyelenggarakan lesson study dalam berbagai bentuk dan cara. Lesson study dilaksanakan sebagai bagian dari pengembangan profesi berbasis sekolah yang dikenal dengan nama Konaikenshu dan diselenggarakan menurut kelompok sekolah atau kelompok mata pelajaran. Lesson study juga dapat dilaksanakan antar sekolah. Di Jepang kegiatan lesson study dilaksanakan menurut wilayah (seperti, kecamatan, kabupaten, dsb.), kelompok guru (misalnya, kelompok guru mata pelajaran di sekolah dan kelompok). Lesson study juga menjadi bagian dari pendidikan guru di tahun pertama mereka bertugas, serta sebagai bagian dari kegiatan asosiasi maupun institusi pendidikan.

Lesson study terdiri dari tiga bagian utama: (1) identifikasi tujuan jangka panjang lesson study (research theme); (2) pelaksanaan sejumlah research lesson yang akan mengeks-plorasi implementasi research theme; dan (3) refleksi terhadapa proses lesson study, termasuk pembuatan laporan tertulis.

Identifikasi Research Theme (Tujuan Lesson Study)
Proses penetapan research theme (tujuan utama) untuk lesson study tertentu melibatkan diskusi awal di antara semua guru dalam tim. Proses ini biasanya dilakukan pada awal proses pelaksanaan lesson study. Research theme biasanya disusun dengan terlebih dulu mengidentifikasi kesenjangan antara kenyataan kemampuan belajar dan pemahaman siswa dengan harapan guru terhadap kemampuan siswa, berdasarkan pada data yang ada dan refleksi terhadap praktik pembelajaran di kelas. Selain itu, guru-guru mendiskusikan bagaimana mereka akan dapat menutup kesenjangan kinerja siswa itu. Melalui kegiatan ini, guru-guru mengembangkan research theme dan memanfaatkannya sebagai fokus upaya perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan lesson study. Research theme juga digunakan untuk menentukan berhasil tidaknya suatu lesson study.

Sekolah Dasar Tsuta di Hiroshima, Jepang memilih research theme-nya “Meningkatkan kemampuan berfikir mandiri siswa, menemukan, dan belajar antar sesama siswa saat mereka sedang fokus pada pemecahan masalah dalam pelajaran matematika.” Untuk menetapkan research theme, sekolah mengadakan pertemuan guru dua kali. Semua tim guru dari berbagai kelas berbagi pandangan mereka tentang kondisi kemampuan belajar siswa, kelemahan siswa dalam belajar dan harapan mereka terhadap siswa. Kemudian guru-guru mengidentifikasi beberapa masalah umum yang dapat mereka sepakati untuk melakukan perbaikan kemampuan belajar siswa.

Kutipan dari disertasi doktoral Makoto Yoshida, Ph.D. berikut ini lebih jauh menjelaskan bagaimana guru Sekolah Dasar Tsuta menentukan research theme mereka:
“Siswa di sekolah ini ceria, patuh dan sangat antusias belajar. Namun, tampaknya mereka belum menguasai kecakapan berfikir mendalam mengenai suatu topik/ permasalahan, kecakapan mendengarkan dan memperhatikan komentar-komentar siswa lain, serta menghargai pendapat mereka. Selain itu, ketika anak-anak mencapai kelas lima dan enam, mereka cenderung semakin takut melakukan kesalahan di hadapan siswa lain. Sebagai akibat dari rasa takut ini, mereka menjadi kurang bergairah menjadi peserta aktif dalam proses belajar. Untuk mengatasi masalah ini, tim memutuskan memilih tujuan lesson study ”Meningkatkan kemam-puan siswa dalam berfikir mandiri, menemukan, dan saling belajar dari sesama siswa.” Mereka merasa bahwa dengan memilih topik ini mereka dapat menumbuhkan hasrat yang kuat dari masing-masing siswa untuk belajar (ketika mereka menghadapi mata pelajaran baru) dan mengajar (mereka meningkatkan kemampuan mereka belajar dari) gagasan-gagasan siswa lain dan dari kesalahan mereka sendiri (dan kesalahan orang lain), pada saat yang sama memperkuat rasa keberhasilan di antara semua siswa.” (Yoshida 1999)

Di Jepang, lesson study telah dilaksanakan pada mata pelajaran matematika dan banyak mata pelajaran lainnya. Beberapa contoh research theme (tujuan lesson study) pada beberapa mata pelajaran adalah:

* memberi fokus pada pembelajaran bahasa Jepang yang akan mematangkan kemampuan siswa berekspresi
* mengembangkan pembelajaran matematika dengan persiapan matang sehingga dapat memberi kepuasan kepada siswa dan membuat mereka menyukai kegiatan bermatematika sambil meningkatkan kemampuan mereka memandang masa depan secara positif dan berpikir kritis
* menggunakan kelas bahasa Jepang untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menggeluti topik-topik yang mereka hadapi sehari-hari.
* membentuk perilaku siswa yang otonom serta penuh gairah hidup dengan cara mengembangkan kebugaran dan kesehatan fisik mereka.

Sekolah di Jepang biasanya menangani research theme dan mata pelajaran yang sama, matematika sebagai contoh, selama tiga sampai empat tahun. Ini terutama dalam setting konaikenshu, yang di dalamnya sekolah mencoba mengembangkan konsistensi dalam pembelajaran di seluruh sekolah untuk memperbaiki kemampuan belajar siswa. Seperti disebutkan terdahulu, research theme berjangka tiga tahun dari SD Tsuta adalah, “Meningkatkan kemampuan berfikir mandiri siswa, menemukan, dan belajar antar sesama siswa saat mereka sedang fokus dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika.” Untuk mencapai tujuan besar ini, guru-guru biasanya menetapkan serang-kaian sub-tujuan, satu sub-tujuan setiap tahunnya, sambil menjaga research theme sebagai tujuan utama. Tahun pertama mungkin difokuskan pada peningkatan kecakapan pemahaman siswa dalam permasalahan kosakata. Tahun ke dua bisa fokus pada kecakapan presentasi dan mendengarkan, sedangkan tahun ke tiga untuk pengembangan kecakapan berdiskusi. Pendekatan step-by-step dalam pencapaian sub-tujuan ini dimak-sudkan agar research theme dapat tercapai secara utuh.

Pelaksanakan Research Lessons
Pada tahap persiapan dan kajian, sekelompok guru secara bersama membuat rencana rinci research lesson. Kelompok atau tim ini biasanya disebut tim perencana pembelajaran. Kelompok perencana pembelajaran biasanya terdiri dari empat sampai enam orang. Jika lesson study diselenggarakan dalam setting konaikenshu, guru-guru dibagi ke dalam sub-tim dan berfungsi sebagai tim perencana pembelajaran.

Untuk menyiapkan suatu research lesson, tim guru mendiskusikan berbagai masalah. Pertama, guru melihat pada pokok bahasan yang mereka kaji dan diskusikan:

* apa yang diajarkan dan bagaimana buku teks menyajikan suatu pokok bahasan (unit) pembelajaran
* bagaimana buku teks atau bahan ajar yang lain menyajikan unit tersebut dengan cara berbeda
* hubungan unit pelajaran dengan kurikulum
* pengetahuan yang sebelumnya sudah dipelajari siswa dan pemahaman siswa terhadap topik saat sekarang
* tujuan dan konsep matematika yang penting pada unit itu
* bagaimana kesesuaian research lesson dengan unit tersebut
* tujuan dari research lesson

Kemudian guru-guru membahas ciri-ciri khusus dari research lesson yang sedang mereka kembangkan. Berikut ini daftar topik yang sering mereka bahas:

* masalah yang akan menjadi fokus pelajaran
* bagaimana memulai pelajaran (bagaimana melibatkan dan membangkitkan minat siswa)
* pertanyaan utama yang akan diberikan untuk memacu berfikir anak
* antisipasi terhadap jawaban siswa dan respon guru
* perangkat pembelajaran dan manipulatif (media pembelajaran)
* handout (lembar kerja siswa) dan catatan-catatan penting
* pengorganisasian penggunaan papan tulis dan pemanfaatan media pembelajaran
* kemajuan, alur, dan keterpaduan (koherensi) pelajaran
* bagaimana dan di mana pelajaran diakhiri
* bagaimana pelajaran dievaluasi

Guru-guru sering membahas masalah-masalah lain bersamaan dengan pembahasan research lesson yang sedang mereka kembangkan. Sebagian topik bahasan mereka adalah:

* bagaimana menangani perbedaan individual anak
* bagaimana meningkatkan kecakapan siswa yang beragam dalam memecahkan soal-soal matematika (misalnya, menggambar diagram, tabel, dan grafik, mengu-rutkan dan mengkategorikan)
* bagaimana meningkatkan kecakapan-kecakapan siswa lainnya di samping pengetahuan mereka tentang matematika (misalnya, kecakapan mendengarkan dan kecakapan presentasi)
* jenis pengalaman belajar yang membantu siswa untuk mau terlibat, tertarik dan berkeinginan mendalami pelajarannya lebih lanjut
* persoalan-persoalan abstrak mengenai pendidikan matematika (misalnya, Apa yang kita ajarkan kepada siswa dengan mengajarkan mata pelajaran matematika?)

Dalam proses perencanaan pembelajaran, guru-guru mengembangkan research lesson tertulis yang rinci. Perencanaan research lesson tertulis merupakan komponen sangat penting dari proses lesson study. Proses penulisan rencana pelaksanaan pembelajaran itu sendiri akan membantu guru memperdalam pemikiran mereka mengenai masalah-masalah yang terkait. RPP research lesson merupakan rekaman tertulis dari kerja tim. Rencana itu juga berfungsi sebagai sarana komunikasi dengan guru-guru lain di dalam maupun di luar tim selama proses lesson study. Akhirnya, tim bisa berbagi RPP research lesson dengan pelaku-pelaku lesson study lain sehingga upaya tim dapat menjadi sumber inspirasi bagi orang lain dalam upaya memperbaiki pembelajaran (teaching) dan proses belajar siswa (learning).

Setelah rencana pelaksanaan pembelajaran tersusun, seorang guru dari anggota tim melaksanakan pembelajaran research lesson di kelasnya sementara anggota-anggota yang lain menjadi pengamat. Guru-guru dari luar tim perencana juga diundang agar dapat memberi saran-saran yang bermanfaat bagi perbaikan pelaksanaan pembelajaran.
Setelah pelajaran selesai, lalu diadakan sesi debrefing (refleksi) dan para pengamat merefleksi serta membahas pelaksanaan research lesson. Hal-hal yang mereka pelajari dari diskusi itu menjadi masukan berharga bagi penyempurnaan research lesson yang akan diimple-mentasikan di kelas yang lain. Kegiatan ini bersifat optional, namun sangat dianjurkan, terutama bagi pelaku lesson study pemula, karena pelaksanaan pembelajaran serta kegiatan pengamatannya dalam siklus yang pertama dapat membantu guru-guru untuk mengetahui bagaimana perencanaan yang telah mereka buat akan benar-benar bisa berhasil dilaksanakan di kelas sesungguhnya. Menyaksikan pelaksanaan pembelajaran di kelas juga memfasilitasi terjadinya diskusi yang lebih produktif untuk mengembangkan pelajaran yang lebih baik. Setelah dilakukan revisi research lesson, anggota yang lain dari tim itu mengajarkannya di kelas lain. Jumlah pengamat biasanya lebih banyak dalam pelaksanaan research lesson yang ke dua ini. Seorang penasehat dari luar (knowledgeable other) biasanya diundang pada kesempatan ini. Setelah pelajaran berakhir, kemudian dilaksanakan sesi debriefing untuk merefleksi dan membahas pelaksanaan research lesson. Akhirnya, RPP research lesson dan pemikiran-pemikiran yang dihasilkan dari diskusi itu disusun menjadi sebuah laporan tertulis.

Agar pelaksanaan debriefing berjalan lancar dan efektif, perlu ada seorang fasilitator dan notulen. Guru yang mengajar, tim pembuat RPP research lesson, fasilitator, notulen, dan penasehat dari luar biasanya duduk bersama dan berdiskusi dengan pengamat-pengamat lainnya. Sesi debriefing ini dimulai dengan refleksi terhadap pelaksanaan research lesson oleh guru yang melaksanakan pembelajaran. Guru tersebut berbagi pandangan tentang proses belajar siswa, kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, keputusan-keputusan yang diambil yang menyimpang dari rencana semula, dan isu-isu penting lain yang ingin didiskusikannya bersama para peserta diskusi. Kemudian anggota-anggota tim penyusun RPP yang lain berbagi hasil pengamatan mereka. Dari refleksi guru-guru ini, fasilitator menyeleksi beberapa topik yang akan dijadikan fokus pembahasan, baru kemudian diskusi terbuka bagi semua peserta. Lima sampai sepuluh menit terakhir biasanya diperuntukkan bagi penasehat dari luar. Penasehat dari luar akan bertugas merangkum hasil diskusi dan memberikan saran-saran bermanfaat mengenai hal-hal yang dapat dijadikan pelajaran dari pengamatan research lesson itu bagi semua peserta.

Refleksi dan Perekaman
Untuk membuat ringkasan tentang kegiatan dan capaian tim lesson study serta membuat rekaman/laporan agar dapat dimanfaatkan di kemudian hari, sekolah mengumpulkan RPP research lesson yang telah dibuat sepanjang tahun, data serta catatan hasil observasi, sampel-sampel pekerjaan siswa, catatan hasil diskusi, dan refleksi mengenai kegiatan lesson study untuk dijadikan sebagai laporan akhir. Rekaman ini menjadi resources yang penting bagi para guru untuk memperbaiki praktik pembelajaran mereka di kemudian hari. Di Jepang sekolah-sekolah membuat laporan lesson study semacam ini yang kemudian disimpan di sekolah, di dewan pendidikan dan pusat-pusat pendidikan. Laporan-laporan ini seringkali dibagi-bagikan ketika ada penyelenggaraan lesson study open house dan dihadiahkan kepada tamu-tamu penting yang berkunjung ke sekolah. Di Jepang, guru-guru menerbitkan banyak buku studi kasus tentang lesson study, yang juga tersedia di toko-toko buku besar.

Jadwal Tahunan Lesson Study dalam Konaikenshu
Dalam setting konaikenshu, masing-masing sub-tim umumnya melaksanakan dua atau tiga siklus lesson study per tahunnya. Tim-tim perencana research lesson terlibat dalam siklus-siklus lesson study saat mereka tidak sedang sibuk dengan kegiatan sekolah. Mereka cenderung menghindari pelaksanaan lesson study ketika sekolah menyelenggara-kan event-event penting, tes, dsb. Ketika mereka punya cukup waktu, guru-guru biasanya terlibat secara intensif dalam kegiatan lesson study. Pada awal tahun, waktu untuk lesson study biasanya dimanfaatkan untuk merencanakan jadwal lesson study dan penetapan tujuan. Di akhir tahun, waktu dicadangkan untuk membuat ringkasan kegiatan-kegiatan lesson study. Terdapatnya banyak tim penyusun RPP research lesson yang berbeda memberi kesempatan lebih banyak kepada para guru untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang disiapkan dengan matang serta terlibat dalam diskusi-diskusi pelaksanaan pembelajarannya. Guru-guru Jepang menyatakan bahwa setiap tahun mereka biasanya mepunyai kesempatan sekitar 10 kali melakukan observasi research lesson di maupun di luar sekolah mereka dan mendapat satu atau dua kesempatan mengajar di hadapan guru-guru lain sebagai bagian dari lesson study. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa lesson study dalam setting konaikenshu ini membantu guru-guru melaksanakan pembelajaran yang konsisten dan koheren bagi siswa di sekolah (Yoshida 1999).

Lesson Study Open House
Sesekali, sekolah-sekolah di Jepang membuka diri untuk umum guna memperlihatkan prestasi mereka dalam pelaksanaan lesson study. Tujuan lesson study open house adalah untuk berbagi capaian lesson study suatu sekolah dengan sekolah-sekolah lain dan berdiskusi dengan tamu-tamu undangan agar bisa belajar dari mereka. Biasanya, juga dilaksanakan sejumlah pembelajaran research lesson sementara para tamu bertindak sebagai pengamat. Lalu disusul dengan diskusi tentang pelaksanaan research lesson. Sekolah tuan rumah biasanya membuat booklet berisi RPP research lesson disertai brosur yang memberi gambaran tentang keadaan sekolah serta hasil-hasil dari pelaksanaan lesson study. Guru-guru setempat yang cukup berpengaruh, widyaiswara, dan profesor dari perguruan tinggi sering diundang sebagai knowledgeable other (penasehat dari luar) untuk menyampaikan perspektif mereka tentang pencapaian pelaksanaan lesson study di sekolah itu.

Ciri-ciri Utama Lesson Study
Lesson study memberi kesempatan nyata kepada para guru menyaksikan pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas. Lesson study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi pada praktik pembelajaran di kelas. Dengan menyaksikan praktik pembelajaran yang sebenarnya di ruang kelas, guru-guru dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapat membantu siswa memahami apa yang sedang mereka pelajari.

Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.

Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya.

1 komentar:

obyektif-magazine @ 12 Oktober 2013 pukul 12.41

Salam kenal, senang bisa berkunjung disini. Terima kasih artikelnya bagus. Saya tunggu kunjungan baliknya di http://OBYEKTIF.COM

Salam kompak:
Obyektif Cyber Magazine
obyektif.com