ANTARA SUPERVISI KELAS DAN LESSON STUDY
Oleh : Sukir, S.Pd.M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Bringin Ngawi
Pengantar
Bagi guru kata “Supervisi” merupakan kata yang membuat mules perut, berdebar di
dada dan bahkan pusing kepala. Itu dulu……sekarang sudah tidak lagi. Duloe, ketika ada informasi bahwa akan ada pengawas yang akan melakukan supervisi, semua guru dibuat cemas dan ketakutan sebab seorang pengawas adalah orang yang sangat berwibawa, pandai, dan menguasahi materi, metode, teknik dan pendekatan dalam pembelajaran sehingga kesalahan sekecil apapun (dalam pembelajaran) pasti mengetahuinya. Oleh karena keprofesionalismenya tersebut membuat guru baik yang senior maupun yang yunior menjadi keder. Itu dulu…….sekarang tidak lagi.
Seiring dengan otoda, di mana daerah memiliki kewenangan yang lebih dalam mengelola daerahnya termasuk pendidikan maka salah fungsi pengawas dalam supervisi tidak lagi terdengar. Dan ketika salah satu peran pengawas termasuk kepala sekolah mulai samar itulah kemudian muncul suatu program yang bernama Lesson Study. Namun, akankah lesson study akan menggantikan supervisi kelas sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru atau tidak, tentunya hanya waktu yang akan menjawab.
Persamaan Lesson study dan Supervisi Kelas
Antara keduanya memang tidak bisa dikatakan sama persis tetapi kalau dikatakan identik itu baru mungkin. Dilihat dari pengertiannya, supervisi kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengawas/kepala sekolah untuk mengawasi, meneliti semua administrasi terkait dengan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru di dalam kelas. Semuanya akan diawasi dan dilihat kelemahan dan kekuranganya kemudian akan dilanjutkan pada pemberian nasehat dan masukan positif bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaranya. Sedangkan lesson study adalah suatu model peningkatan mutu pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Antara keduanya menyiratkan adanya persamaan yakni berupa serangkaian kegiatan yang diarahkan pada upaya menemukan kekurangan dan kelemaham dari seorang guru dalam pembelajaran yang kemudian dilakukan upaya perbaikan sehingga pembelajaran bisa lebih berkualitas. Kedua kegiatan tersebut (supervisi kelas dan lesson study) bermuara pada tercapainya sebuah profesionalisme guru dalam pembelajaran
Perbedaan Lesson study dan Supervisi Kelas
Bagi sebagian guru tentu masih ada yang belum mengenal lesson study karena memang selain bukan berasal dari Indonesia, lesson study itu baru dikenalkan pada sebagian kecil guru saja. Dan perlu diketahui bahwa pada awalnya lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya Jugyokenkyu adalah proses pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di Jepang agar secara berkelanjutan mereka dapat memperbaiki mutu proses pembelajaran. Sedangkan supervisi yang telah kita kenal adalah salah satu tupoksi dari seorang pengawas pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dari seorang guru. Dan kalau kita cermati selain dari pengertian yang memang berbeda, ternyata keduanya memang memiliki prebedaan yang prinsipil, di antaranya:
1. Pelaksana
Supervisi yang kita kenal dilakukan oleh pengawas pendidikan atau kepala sekolah sedangkan lesson study dilakukan oleh teman sejawat dalam satu MGMP (bisa disertai kepala sekolah) dan yang jelas lesson study melibatkan banyak orang (guru, ketua MGMP, atau orang lain yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang sama dengan seorang guru di dalam kelas bahkan bisa melibatkan seorang juru rekam. Dalam supervisi (mungkin) kondisi kelas tidak terpengaruh kehadiran pengawas karena hanya 1 orang sedangkan dalam lesson study yang melibatkan banyak orang maka akan menjadikan suasana pembelajaran yang kaku karena siswa merasa diawasi dalam belajarnya.
Dilihat dari tingkat kompetensi (dalam supervisi ) pengawas atau kepala sekolah tentu memiliki sedikit kekurangan sebab sehebat apaun pengawas tentu memiliki keterbatasan jika harus melakukan supervisi pada guru dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dengan dirinya. Misalnya seorang pengawas yang memiliki disiplin ilmu matematika tentu akan kesulitan jika harus melakukan supervisi pada guru bahasa Inggris atau bahasa Jawa atau yang lain (jika tidak mau dikatakan memaksakan diri). Sedangkan dalam lesson study, tim yang melakukan pengamatan terhadap pembelajaran adalah orang-orang yang memiliki kompetensi sama dengan guru di dalam kelas sehingga mereka akan mampu mengatasi kekurangan dalam pembelajaran. Selain itu dalam lesson study dimungkinkan untuk mengambil pakar dari luar (knowledgeable other) untuk memberi masukan secara praktis maupun teoritis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran.
2. Tahapan
Dalam supervisi kita mengenal 3 tahapan dalam melaksanakannya yakni (a) Tahap sebelum melakukan supervisi kelas dimana pengawas dan kepala sekolah melakukan kesepakatan baik waktu, materi dan perangkat pembelajaran (b) Tahap pelaksanaan supervisi kelas yakni pengawas masuk dan mengamati pembelajaran, (c) Tahap setelah supervisi kelas di antara melakukan refleksi, pembinaan dan tindak lanjut. Sedangkan dalam lesson study juga mengenal tiga tahapan yakni perencanaan (plan), implementasi (do) dan observasi serta refleksi (see) pada suatu mata pelajaran. Perbedaan yang tampak bahwa tahapan supervisi dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah sedangkan dalam lesson study tahapan yang ada direncanakan oleh guru dalam MGMP itu sendiri.
3. Identifikasi Research Theme
Dalam supervisi, research theme (tujuan utama) adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas dalam proses belajar mengajar. Secara khusus research theme supervisi adalah (a). Meningkatkan efektifitas kurikulum sehingga berdayaguna dan berhasil guna, baik dalam proses belajar serta mendukung dimilikinya kemampuan pada diri lulusan (b). Meningkatakan keefektifan sarana dan efisiensi prasarana untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik (c). Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah (d). Meningkatkan kualitas situasi umum. Sedangkan dalam lesson study research theme adalah (a). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya) (b). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya (c). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum. (d). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.(e). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa (f). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
4. Pelaksanakan Research Lessons
Pelaksanaan supervisi diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan oleh pengawas atau kepala sekolah berdasarkan instrument yang telah dipersiapkan, yang dalam hal ini menyangkut kelengkapan administrasi pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup) yang materi pembelajarannya diserahkan guru. Sedangkan lesson study dilaksanakan dengan cara seorang guru menyusun seluruh perangkat pembelajaran secara lengkap untuk suatu topik tertentu (yang bermasalah) untuk didiskusikan dengan beberapa teman sejawat. Selanjutnya ia tampil sebagai guru model dan teman sejawat melakukan observasi, lalu melakukan refleksi dan tindak lanjut atas pembelajaran yang telah dilakukan.
5. Refleksi dan Tindak Lanjut
Hasil pelaksanaan supervisi biasanya hanya pengawas dan kepala sekolah yang mengetahui. Artinya bagaimana keberhasilan pembelajaran, seorang guru tidak mengetahui. Jika hasilnya baik biasanya tidak banyak komentar yang dilontarkan oleh pengawas sedang jika hasilnya jelek maka tidak hanya masukan yang diberikan melainkan kemarahan. Sebagai tindak lanjut maka dari supervisi seorang pengawas atau kepala sekolah melakukan pembinaan terhadap guru yang bersangkutan..
Sedangkan dalam lesson study setelah pelajaran selesai, tim melakukan debrefing (refleksi) dan para pengamat merefleksi serta membahas pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal yang mereka temukan selama pembelajaran didiskusikan dan menjadi masukan berharga bagi guru. Bagi pelaku lesson study pemula, pelaksanaan pembelajaran serta hasil pengamatannya dapat membantu untuk mengetahui kekurangan-kekurangan selama pembelajaran. Menyaksikan pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan segala kekurangan dan kelebihannya dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran baik pada guru maupun anggota tim. Dan dalam tahap refleksi ini, tim bisa mengundang pakar dari luar (knowledgeable other) untuk memberi masukan secara praktis maupun teoritis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran. Setelah dilakukan revisi, anggota yang lain dari tim itu bisa mengajarkannya di kelas atau sekolah lain.
Sebagai tindak lanjut, dalam supervisi guru hanya diberi masukan untuk memperbaiki baik administrasi maupun pelaksanaan pembelajaran dan biasanya akan berhenti setelah pengawas meninggalkan sekolah karena tidak mungkin seorang pengawas melakukan supervisi lebih dari 1 hari dengan guru yang sama. Sedangkan dalam lesson study, tindak lanjut dilakukan secara berkesinambungan mengingat tim lesson study adalah teman sejawat yang ada dalam satu MGMP sekolah.
Terlepas dari adanya persamaan dan perbedaan, kekurangan dan kelebihannya, sebagai suatu program supervisi kelas dan lesson study jika keduanya dilaksanakan secara professional maka akan mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Supervisi kelas tetap akan bermakna jika dilakukan secara professional dan tidak akan bermakna jika hanya sebagai sarana menakut-nakuti, memarahi dan merendahkan guru. Sedangkan lesson study juga akan bermakna jika dilakukan secara professional dan akan berakhir dengan sia-sia jika hanya dibuat main-main dan sekedar pemanis bibir. Namun sekali lagi, semua akan kembali pada diri kita yakni sejauhmana kita memiliki niat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Semoga berguna, amien.
Selengkapnya...
ARTIKEL
Posted in | 0 Comments
NGAWI EDUCATION
Posted in | 2 Comments
Assalamu 'alaikum wr. wb
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia yang paling azazi. oleh karenanya melalui media ini kita perlu menjalin komunikasi agar bisa mewujudkan pendidikan yang mampu menjadikan manusia lebih manusiawi. Tanpa kerja sama maka kita akan lemah namun sebaliknya dengan kerja sama yang kuat tanpa menunjukkan dibanding yang lain maka akan terwujud suatu motivasi tersendiri dalam memajukan pendidikan anak-anak kita. amien
Wassalamu 'alaikum wr.wb
Sukir, S.Pd, M.Pd
Ngawi
Selengkapnya...