MEN-DESAINS PEMBELAJARAN
PADA PEKAN EFEKTIF FAKULTATIF
Oleh : Sukir, S.Pd, M.Pd.
(Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Bringin Ngawi)


Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (az-Zumar 39: 9).

Pengantar
Fakultatif berarti tidak diwajibkan atau bersifat pilihan (KUBI, 1989:239) Pekan efektif fakultatif berarti pekan yang bersifat pilihan antara efektif dan tidak efektif (dalam pembelajaran). Memang, kalender pendidikan kita mengenal adanya istilah pekan efektif fakultatif dan kebetulan selalu ditempatkan pada saat datangnya bulan Ramadhan. Pekan efektif fakultatif dapat diterjemahkan menjadi dua persepsi, pertama bahwa pekan efektif fakultatif memungkinkan seorang guru memilih untuk tidak efektif dalam pembelajaran, kedua, bahwa pekan efektif fakultatif memungkinkan seorang guru memilih untuk tetap efektif dalam pembelajaran.
Namun demikian, kalau kita melihat ayat yang penulis nukilkan di atas (az-Zumar 39: 9), tentu dalam pekan efektif fakultatif tersebut, guru tetap memilih pekan efektif fakultatif sebagai pekan pembelajaran yang tetap bermakna bagi siswa. Kebermaknaan pembelajaran dalam hal ini terindikasi dari (1) tersampainya materi pelajaran, (2) bertambahnya wawasan tentang materi lain (terkait nilai religius) yang selama ini hanya tersampaikan secara implisit dalam mata pelajaran, (3) kondisi siswa yang tetap melaksanakan ibadah puasa, dan (4) bernilainya kegiatan mengajar (bagi guru) sebagai ibadah. Dan untuk itulah kiranya perlu seorang guru men-desains pembelajaran secara efektif pada pekan efektif fakultatif sehingga bisa bermakna ibadah.

Orientasi Pembelajaran
Bulan Ramadhan memang hanya satu kali dalam satu tahun. Dan tentu sebagai orang muslim bulan Ramadhan adalah bulan penantian di mana banyak nilai yang bisa dipetik dari dalamnya, yang kesumuanya berharap agar apa yang dilakukan masuk dalam bingkai ibadah dan bernilai ibadah. Oleh karena itulah tidak hanya diperlukan niat saja (agar semua prilaku bernilai ibadah) akan tetapi dalam prakteknya pun dituntut agar menjadi ibadah. Mengajar bagi seorang guru memang rutinitas karena memang itu pekerjaan utama akan tetapi jika bisa diniatkan untuk ibadah. Sebenarnya bukan hanya pada bulan Ramadhan saja pekerjaan itu akan bernilai ibadah melainkan di luar Ramadhan pun juga akan bernilai ibadah jika niatkan untuk ibadah. Pendek kata ‘segala sesuatu tergantung pada niatnya’.
Dari dasar tersebut, maka tidak ada alasan untuk menjadikan pekan dalam bulan Ramadhan sebagai pekan yang tidak efektif untuk kegiatan belajar mengajar. Artinya, justru bulan Ramadhan inilah bulan untuk memulai meniatkan kegiatan mengajar itu sebagai bentuk ibadah (meskipun sebenarnya niat ibadah itu bisa dilakukan setiap saat) paling tidak bulan inilah mementum yang paling tepat.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengemas materi pelajaran itu sehingga sesuai dengan kondisi siswa yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Bagi sebagian guru tentu ini tidak menjadi masalah namun pada sebagian yang lain hal ini membuat guru menjadi bingung. Sebab, Pengelolaan pembelajaran hendaknya bertolak dari butir-butir pembelajaran (Buku:III-C2, dalam Hariyanto 2006:10). Terus kalau demikian apa yang bisa dilakukan?. Bukankan hal itu jutru akan menyulitkan siswa, padahal target penguasaan materi di batasi oleh waktu?
Sebenarnya, upaya pengintegrasian nilai budi pekerti dan pengintegrasian nilai Imtaq dalam mata pelajaran selama ini telah disuarakan dan tentunya bulan Ramadhan inilah saat yang tepat untuk mengiplementasikanya. Dengan kata lain orientasi mata pelajaran dalam bahasan ini tetap mengacu pada kompetensi yang akan di ajarkan, hanya saja perlu diintegrasikan dengan nilai-nilai budi pekerti dan nilai-nilai Imtaq dalam mata pelajaran.
Desains Pembelajaran
Semua mata pelajaran bisa mengintegrasikan nilai-nilai budi pekerti maupun nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Hal tersebut sangat tergantung pada kemampuan guru bidang studi masing-masing.Untuk melakukan pembelajaran yang terintegrasi diperlukan langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Artinya, dalam hal ini seorang guru perlu mengelola pembelajaran secara tepat dan cermat. Adapun langkah-langkahnya pembelajaran di antaranya:
1. Memilih atau menetapkan tujuan pembelajaran
Langkah pertama dalam upaya mengintegrasikan nilai imtaq dalam mata pelajaran adalah memilih atau menetapkan tujuan pembelajaran. Artinya, apa sebenarnya tujuan yang hendak kita capai dalam pembelajaran tersebut, misalnya anak mampu memahami ayat tertentu dari Al Quran, mampu meneladani prilaku Rasullullah atau kajian ilmu yang mendasar pada Al Quran dan sebagainya. Tentunya seorang guru menguasahi satu di antara sekian banyak nilai yang ada dalam agama. Dan penetapan tujuan ini penting karena tanpa tujuan yang tepat maka kita tidak akan tahu kemana akan melangkah
2. Menetapkan aspek pembelajaran yang akan diajarkan
Setelah memiliki tujuan maka langkah berikutnya adalah menetukan aspek pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini semua pelajaran memiliki aspek-aspek pembelajaran yang berbeda satu dengan lain. Seperti contoh kalau dalam pembelajaran bahasa Indonesia kita mengenal aspek berbicara, mendengarkan, membaca, menulis dan sastra. Ketepatan penetapan aspek ini sangat penting mengingat tidak semua nilai imtaq itu bisa diintegrasikan pada semua aspek pembelajaran.
3. Menentukan SK dan KD yang akan diajarkan
Agar sasaran pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum maka seorang guru tetap harus perpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. Artinya, kita tidak boleh sembarangan menetapkan SK dan KD untuk menginegrasikan nilai imtaq yang kita pilih. Hal ini bertujuan agar pembelajaran tetap berorientasi pada kurikulum yang berlaku.
4. Menetukan materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Sebagaimana di sampaikan di atas bahwa tidak semua materi pembelajaran itu disisipi nilai imtaq. Oleh karena itu diperlukan kemmpuan guru di dalam memilih materi yang tepat dan sesuai dengan SK dan KD yang telah ditetapkan. Sebagai contoh dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pada materi tokoh idola, selama ini anak-anak tergiring pada paradigma berpikir bahwa tokoh idola itu selalu yang ada di sekitar siswa misalnya negarawan, seniman atau tokoh lain yang belum tentu memiliki karakteristik ketokohan yang universal. Bukankan kita bisa mengambil tokoh Rasulullah atau sahabat nabi yang jelas-jelas ucapan dan prilakunya bisa dijadikan tuntunan atau uswatun hasanah. Hal ini sebagaimana dalam Al Quran Surat Al Ahzab ayat 21 seperti berikut.
        ………...
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu………...”

Oleh karenanya sebagai guru dituntut benar-benar mampu menentu-kan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, aspek pembelajaran, SK dan KD yang akan diajarkan. Dan tentunya setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda.
5. Menyusun Skenerio Pembelajaran
Skenerio pembelajaran atau rencana rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan merupakan rancangan kegiatan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Langkah pembelajaran setidaknya memuat kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Dengan dasar itulah maka penyusunan skenerio pembelajaran ini menjadi bagian yang sangat penting karena kegiatan pembelajaran akan berlangsung sesuai dengan skenerio yang dibuat (tak perlu dikomentari pun semua guru memahami).
Namun demikian, mengingat desain pembelajaran ini dikhususkan pada kegiatan pekan efektif fakultatif maka yang perlu diperhatikan adalah (1) kondisi siswa sedang berpuasa sehingga diharapkan pembelajaran tidak memerlukan energi yang banyak, (3) Pembelajaran harus menyenangkan sehingga guru harus memilih metode pembelajaran yang bersifat Joyfull Learning yakni Belajar yang menyenangkan sebagai paradigma baru dalam belajar dan pembelajaran. Karena unsur kegembiraan dalam belajar dapat menjadi penentu kualitas dan kuantitas belajar secara terus menerus (Meier dalam Haryanto, 2006:3).
Dengan penyusunan skenerio pembelajaran yang senantiasa berorientasi pada kegiatan pembelajaran yang menyenangkan maka setidaknya (1) tujuan pembelajatan akan tercapai (2) nilai imtaq maupun budi pekerti juga akan dikuasai (3) pembelajaran yang oleh sebagain orang dikatakan rutinitas tetap akan bernilai ibadah.
Penutup
Pekan efektif fakultatif bukan berarti pekan fakultatif yang bisa digunakan senaknya. Pekan efektif fakultatif hakekatnya adalah tetap sebagai pekan yang efektif. Kebijakan seorang guru sangat menentukan pekan efektif fakultatif sebagai pekan pembelajaran efektif dan bermakna bagi siswa. Kemampuan guru sangat dituntut untuk men-desain pembelajaran seefektif mungkin. Bahkan dengan pekan efektif fakultatif seorang guru dapat melaksanakan tugas sebagai guru sekaligus beribadah dengan ilmu yang bermanfaat bagi siswa dan juga bagi guru di hari akhirat. Selamat bekerja dan beribadah puasa.




BUKU RUJUKAN

Depdiknas. 2003. Mode Pengintegrasian Budi Pekerti ke dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dimenum.
Depag. 1989.Al Quran dan Terjemahannya. Surabaya: Mahkota
Hariyanto. 2006. Pembelajaran Menyenangkan. Solo: CV Andhika
Irsyad D. 1977. Petujuk Jalan Yang Lurus. Surabaya: Darussaggaf
Selengkapnya...